Pelangi, indahnya warna tercampur di sana, tertuang dalam kanvas horizon ciptaan Sang Kuasa. Siapa yang tak tertarik untuk mengejarnya? Mengabaikan segala belukar dan selalu menengadah kepadanya. Tetapi, mungkin saja. Anda dan juga saya mempunyai pelangi yang berbeda di atas kepala.
Pelangi dalam kehidupan adalah cita-cita yang kita impikan, target di masa depan. Seperti yang telah saya ungkapkan tadi, boleh jadi saya dan anda mempunyai pelangi yang berbeda. Saya menyukai warna ungu, jadi mungkin pelangi saya lebih berwarna nila ketimbang memamerkan merahnya, atau anda mungkin lebih menyukai hijau, sehingga perpaduan antara biru dan kuningya akan terlihat lebih nyata.
Tetapi bukan masalah seberapa bagus pelangi yang kita impikan, atau berapa warna yang berhasil kita raih. Tetapi usaha, segala peluh yang terbuang untuk meraihnya itulah yang utama. Barangkali, untuk mengejar pelangi kita harus melewati banyak duri, lubang yang menghadang, ataupun jurang yang menganga di depan mata. Mengeluh, ya itulah reaksi pertama yang percaya atau tidak sering kita lakukan. Berkesah, betapa susah kuliah bertahun-tahun lamanya, betapa menjemukan menunggu berjam-jam, betapa membosankan melakukan hal yang sama berulang-ulang. Pernahkah mengalaminya kawan?
Mungkin memang terasa menjemukan untuk kita saat ini. Tetapi bisa jadi hal tersebut akan berkesan di hari nanti. Dulu, saya selalu mengeluh setiap membantu ibu menjajakan es lilin di berkeliling desa. Malu rasanya, pun juga saya selalu protes ketika menemani ayah menyetorkan roti-roti seharga 500 rupiah ke toko-toko. Lelah, dan untungnya juga tidak sebanding dengan tenaga. Atau ketika dahulu, sewaktu masih TK saya selalu membeontak karena harus berjalan kaki pulang dan pergi sekolah 30 menit lamanya. Tetapi, sekarang sungguh saya akui. Saya merindukannya. Saya merindukan setiap jengkal masa yang dulu saya anggap menderita.
Seringkali pula saya mendengar, teman-teman mengeluh gaduh karena kuliah di kedokteran. Banyak tugas, kuliah yang tidak jelas, materi yang membuat pusing diri, pretes yang mengharuskan bangun jam pagi, praktikum yang memakan banyak waktu dan segala keluhan lain yang akhirnya berakhir dengan kata ” Saya merindukan saat-saat kuliah, saya merindukan masa-masa ketika praktikum, saya rindu pretes pagi-pagi buta” ketika masa kelulusan tiba. Manusia aneh bukan? J
Atau bolehlah saya mengingat kembali, setiap detail perjuangan MOS atau biasa disebut GVT ketika SMA. Semua teman mengeluh gaduh karena tugas yang diberikan begitu kejam katanya. Tidak membiarkan sekalipun kita beristirahat karenanya. Belum lagi harus shit up satu seri jika tidak tugas yang dikerjakan tidak sempurna. Yah, mengeluh, mencaci, mengata-ngatai. Tetapi itu dulu, ketika saya dan teman-teman mengalaminya pada saat itu. Tetapi sekarang? Jika ditanya, sebagian besar akan bercerita dengan semangatnya pengalaman-pengalaman yang mereka punya. Dengan riang, dengan tertawa, bahkan masih ada pula yang berkata. Saya merindukan saat-saat itu. Hei, kawan. Di mana caci makimu yang dulu??
Pun juga banyak orang yang mengeluh karena menunggu. Menceritakan semua kebosanan, mengolok-olok sistem, atau malah menggosipkan orang. Mereka bilang saat itu, ” Saya benci menunggu. Wasting time!! Buang-buang waktu” Dan sekarang, ketika mereka telah menjadi orang yang sukses. Yang mempunyai perusahan berpuluh jumlahnya dan sangat sibuk oleh pekerjaannya. Bahkan sekedar meletakkan pantat sembari menikmati secangkir kopi pun sudah tak sempat. Hehehe, lebay kalo ini. Mereka masih saja mengeluh. ” Saya rindu waktu longgar seperti dulu. Bisa menunggu seseorang datang di bangku usang seberang taman. Memandang indahnya bunga-bunga yang sedang bermekaran atau berceloteh bersama arakan awan.” Duh..benar-benar tidak konsisten..:p
Atau di lain cerita. Teman saya pernah mengeluh karena sepi selalu melandanya. ” Saya benci seperti ini, tidak ada teman yang saya ajak bicara. Saya benci seperti ini. Saya ingin bunuh diri. Haduh gawat,”. Dan sekarang ketika Tuhan telah mengabulkan permintaannya, menjadikan dirinya sebagai orang penting yang ternama. Dikenal banyak orang dan selalu menjadi sasaran media masa. Bahkan harus masuk ke rumah tetangga untuk menghidari para fans nya, hehehe.. Dirinya malah berkata.” Saya rindu seperti dulu. Sendiri, tidak ada orang yang mengganggu. Mengintai setiap detail privasi saya dan menggembar-gemborkannya ke seluruh penjuru nusantara.” Wuaduh..ckckckck
Itulah mengapa kawan, boleh jadi kita terasa kesakitan melewati jalan yang berduri dan penuh gelombang untuk menggapai pelangi asa. Tetapi ketika pelangi tersebut dapat kita gapai, kita akan mengingatnya, setiap detil perjalanan kita. Sempatkanlah, sesekali tengoklah kebun bunga di kanan kiri jalan yang kau lalui. Hidup ini indah, begitu indah. Janganlah terlalu terpaku akan cita-cita hingga kita melupakan indahnya hidup yang kita punya. Suatu saat nanti ketika kita telah menggapai apa yang kita inginkan, kita baru menyesali dan tersadar diri. Betapa banyak waktu yang tidak kita nikmati dalam perjuangan ini. Betapa banyak waktu yang harus terbuang percuma hanya untuk terfokus pada keindahan pelangi saja. Padahal indahnya hidup tidak hanya terpancar dari pelangi. Banyak keindahan di sekeliling yang dapat kita nikmati.
Jangan membuat diri kita terkotak-kotak sendiri. Menjadi seorang penulis, dokter, ataupun profesi lainnya bukan berarti kita tidak boleh menikmati ilmu yang lainnya. Kita hanya dituntut untuk tetap konstan dan profesional berada di jalan yang kita pilih, tetapi kita juga masih mampu menikmati keindahan ilmu lain sembari berlalu. Ketika bercita-cita menjadi guru, jadilah guru yang banyak ilmu. Tidak hanya sekedar menjadi guru yang hanya mampu menjelaskan Fisika sesuai bidangnya. Tetapi jadilah guru sembari berjualan buku, mengupdate teknologi terbaru, olahragawan sejati, penulis andalan tanpa harus meninggalkan dan melupakan profesi sebagai seorang guru. Seringkali saat ini, kita terkotak-kotak dengan pemikiran sendiri. Saya seorang guru, soal komputer bukan urusan saya. Saya tidak bisa, Padahal sebenarnya siapapun orangnya pasti bisa jika mau belajar dan mencoba.
Hidup tidak hanya sekedar mengejar indahnya pelangi, karena banyak keindahan yang terpancar dari telaga senja yang kita lalaui, harumnya kembang dari taman bunga yang kiat lewati. Ditambah lagi rasa sakit karena tertusuk duri di perjalanan yang kita lewati. Yah, semuanya akan bergabung dalam kenangan untuk masa depan kita. Jadi ketika merasa bosan, jenuh, lelah, marah dengan apa yang anda lakukan saat ini. Ucapkan dalam hati, ”Aku akan merindukan hal ini, suatu saat nanti.”
Nikmatilah, sembari mengalihkan rasa sakit itu dengan memandang indahnya sinar mentari yang terbit di pagi hari..Jadikan hidup lebih hidup, karena hidup tak sekedar mengejar pelangi, karena adalah hidup yang akan selalu kita kenang suatu hari nanti..:)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar