Detik berlalu begitu lambatnya. Merangkak perlahan melewati jarum-jam yang tak beraturan. Nafasnya terengah, setengah gelisah. Sesekali dirinya berhenti, tetapi kemudian dia memilih berlalu kembali. Pelan tapi pasti.
Aku mendengus memandangi pucuk-pucuk yang menari ke sana kemari. Ini sudah puku lima, tetapi yang kutunggu tak datang juga. Kemanakah gerangan? Mataku menerawang menembus awan yang berarakan, saling berkejaran dan menghasilkan barisan yang sungguh menawan. Sesekali kualihkan pandangan ke arah kolam yang lebih mirip kubangan. Berisi ikan-ikan sekarat yang bertahan hidup dalam air yang berwarna coklat.
” Kau menunggu seseorang?” tanyanya.
Aku mengangguk.
”Iya, aku menunggu seseorang.” kataku mantap.
” Siapa?” tanyanya.
” Jodohku, aku menunggu jodohku,” ujarku. Kali ini agak setengah ragu.
” Bagaimana kau tahu jodohmu akan datang?”
Aku memicingkan mata ke arahnya. Ragu-ragu akau menjawabnya.
” Bukankah itu yang telah Tuhan janjikan kepada umat-Nya??”
” Tapi taukah kau waktunya?? Apakah Tuhan mengatakan kepadamu jadwal yang pasti?” dia semakin membuatku ragu.
Aku menggeleng, sedikit lemas. Tapi setidaknya masih ada harapan yang aku simpan.” Aku tak tahu kawan, kapan dia datang.” Aku menunduk, menyadari bahwa ternyata diri ini begitu bodoh, menunggu tanpa tahu waktu.
” Dan kau akan terus seperti ini? Menunggu setiap hari?” Dia berkata semakin sinis.
Aku terdiam, ” Bukankah aku memang harus menunggu? Karena janji Tuhan akan menjadi nyata bukan?”
Dia tersenyum. Memandangiku sembari bertanya dengan seyuman yang mengembang. ” Kau bosan tidak seperti ini? Menunggu dan terus menunggu? ”
Aku mengangguk. Lemas. Mau tak mau aku harus mengakui bahwa aku bosan menunggu.
” Lalu mengapa kau masih saja seperti ini?” tanyanya, nada bicaranya mulai meninggi.
” Menurutmu aku harus bagaimana?”
” Maukah kau mendengarkan nasihatku?”
Aku mengangguk.
” Baiklah duduk di sini dan dengarkan. Kau tahu bukan, jodoh akan datang. Dan Tuhan telah menjanjikannya. Bahwa setiap nyawa akan hidup secara berpasangan. Memang tak salah kau menunggu waktu itu datang, tapi kapan dan dengan siapa. Hanyalah Tuhan yang tahu rahasia di balik semuanya. Yang aku sesalkan hanyalah kau terlalu membuang-buang waktumu untuk sebuah penantian. Coba lihatlah dirimu, kumal begitu. Sudah berapa harikah kau tak mandi? Sudah berapa lamakah kau tak menyapa Sang Ilahi?Apakah kau yakin, jodohmu mau menemuimu dalam keadaan seperti ini? Ayolah kawan. Kembalilah pulang, rawatlah dirimu, perbaikilah hatimu. Dan jangan kau habiskan waktu hanya untuk menunggu. Banyak hal yang bisa kau lakukan. Banyak cita yang harus kau kejar.”
” Tapi, jika aku tidak menunggu di sini. Jodohku akan pergi. Dan aku akan kehilangan dia..” tanyaku ragu.
Dia terbahak. ” Kau tahu kawan. Jika dia jodohmu, dia tak kan lari mesti kau tak di sini. Malah sebaliknya, dia akan mencarimu di mana pun engkau menunggu. Karena Tuhan telah memberikan tanda di mana kau berada.”
Aku tersenyum, mataku berbinar. ” Benarkah demikian kawan??” Dia mengangguk.
” Iya, jika kau percaya padaNya, jangan pernah khawatirkan sedikitpun janji-janjiNya. Nikmatilah setiap penantian ini dan gunakankah untuk hal-hal yang berguna dan berarti. Perbaikilah dirimu, karena kau adalah cerminan dari jodoh yang diturunkan Tuhan untukmu.”
Aku mengangguk. ” Baiklah kawan. Akan kugunakan setiap detik penantian ini dan mengisinya dengan hal-hal yang berguna. Hingga nantinya akan kugapai keduanya, cita dan cinta.”
Dia tersenyum, kemudian berbalik pergi. Tenggelam bersama lukisan senja yang mulai kemerahan. Yah, bayang-bayang itu akan kembali suatu saat nanti, pengingat hati di kala lupa diri.
Surakarta, 16 April 2011
22.10
Untuk seseorang, terimakasih telah mengajarkanku akan arti cinta yang sebenarnya..:)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar