“ Ijinkan aku memandang salju..” kata itu selalu terucap di setiap sujudku. Mungkin engkau akan menilai aku kampungan, pun mungkin pula kau akan menilaiku sebagai seseorang yang menyedihkan. Tetapi aku tak peduli. Kenyataannya aku bukanlah seorang dengan gelimpangan harta, yang punya cukup uang hanya sekedar untuk melihat salju ke Jayapura. Apalagi hingga ke Eropa.
Ijinkan aku memandang salju, sebelum nanti aku menutup usiaku. Bersama segelintir harapan semu, yang aku tanamkan di dalam kalbu. Sesekali inginku memandang butiran indahnya, merasakan derajat suhu ekstrimnya, walau banyak orang bilang salju itu menyusahkan tetapi bagiku itu adalah sebuah kerinduan.
Baju-baju putihnya yang bersih selalu membayangi setiap anganku. Memaksa khayalku untuk menggapainya, menyentuhnya di ujung-ujung dedaunan yang merunduk berat olehnya. Dengannya kusandarkan angan, bersama sejuta harapan akan kerinduan negeri orang. Yah, aku ingin salju membawaku ke sana. Ke tempat di mana aku bisa mengukir segala cita dan cinta.
Mungkin engkau bilang aku tak bangga dengan nusantara, atau aku bukan orang yang cinta produk Indonesia. Sebaliknya lebih parah kau akan mencaci bahwa aku tak mensyukuri apa yang Tuhan beri. Tetapi apa daya, memang itulah mimpi yang selalu merangsuk masuk setiap malamku. Menyuplai pembuluh jiwa yang mulai dahaga akan aliran darah penuh asa. Yah, salju telah memantikkan semangatku, salju telah menerbangkan impianku. Salju membuatku bermimpi dan terus mencoba ketika gagal menghinggapi dan saljulah yang membuatku berdiri saat aku terjatuh ketika berlari.
Jadi jika aku boleh meminta kepadaMu Sang Maha Kuasa, ijinkanlah aku memandang salju. Bersama cita yang tergantung di dalamnya. Bersama tiupan angin pengharapan yang berhembus karenanya. Meskipun tak selamanya aku mampu berselimutkan bekunya, ijinkan aku memandangnya, meski hanya sekejap mata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar