Sore berteman bayang-bayang. Sinar mentari yang mulai tenggelam di balik pegunungan hanya tersisa separuhnya , menelusup di antara hutan jati yang tumbuh menjulang. Kata orang, hutan jati identik dengan tempat kering dan gersang. Dan begitulah kenyataannya. Tanah-tanah di sekeliling berwarna kemerahan karena kurang siraman hujan, ditumbuhi batu-batu cadas yang cukup tajam. Lengkap dengan rumah penduduk yang hanya berdinding papan sudah cukup meneriakkan kemelaratan.
Miris memang, pohon-pohon jati yang seharusnya bisa menjadi sumber pendapatan, tidak diketahui siapa yang menebang dan memanfaatkan. Rakyat di sekitarnya hanya tau, bagaimana mencari pakan untuk sapi-sapi yang kelaparan, juga untuk anaknya yang sekolah dan minta uang jajan atau istri yang ingi bedakan meski tak mandi sepagian. Orang bilang tanah kita tanah surga, tapi hasil bumi tak tahu entah kemana dan siapa yang menikmatinya.
Pemandangan yang sungguh mengenasan, ditambah lagi jalan-jalan aspal yang mulai berlubang. Menciptakan lautan debu yang kusam untuk dipandang. Ah, siapapun orangnya pasti dibuat bosan karenanya. Tetapi tunggu. Ada yang berbeda. Sebuah bangunan menjulang indah diantara rumah-rumah berndinding papan. Arsitekturnya modern, kokoh, menunjukkan karya seni yang maha dahsyat. Lantainya keramik indah, bersih, dan mewah.Aku memandangnya dengan terheran-heran. Bukan karena indahnya. Bangunan seperti ini sudah sering aku lihat di kotaku, bahkan lebih mewah dari ini, hanya memang dalam kemasan dan fungsi yang berbeda. Selang beberapa jam terdengar teriakan keras dari bangunan itu. Matahari sudah tidak tampak lagi, sempurna tersembunyi di balik gunung yang menjulang tinggi. Semburat merah mulai merekah di ufuk barat, menggoreskan warna kuning jingga yang luar biasa indahnya.
Tak berapa lama, rombongan orang-orang bersarung dan bermukena berbondong-bondong menuju bangunan itu. Suatu pemandangan yang begitu menentramkan. Yah, di desa seperti ini yang penuh akan hujan jati, diantara rumah-rumah berdinding papan. Masjid adalah bangunan yang paling menawan, tempat beradu kerinduan dengan Tuhan. Senja kali ini begitu indah, menghadirkan sebuah pelajaran berharga untukku. Meskipun miskin, tetapi desa ini kaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar